Translate

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Wednesday 15 April 2015

UN 2015 TAK SEMUDAH YANG KITA HARAPKAN, JUJUR, BERMARTABAT


Salam...
   Saya ingin mengulas dan menyatakan perasaan saya dan kekecewaan saya atas ketidakjujuran, ketidaksportifan dalam mengerjakan Ujian Nasional 2014/2015 yang mengalami kebocoran soal dan kecurangan (sumber dapat dilihat di  web Bapak Mendikbud : http://aniesbaswedan.com/Menteri-Anies-Temukan-Kecurangan-UN-SMS-ke-1771 )
    Sebenarnya apa sih tujuannya Ujian Nasional ini diselenggarakan? Dilihat dari sejarahnya tahun lalu UN merupakan ajang 60% penentu kelulusan siswa. Hal ini pun menimbulkan banyak permasalahan yakni banyak yang berpendapat hal ini tidak sesuai dengan tujuan sebenarnya dari ujian yakni menguji kemampuan siswa dan bukannya penentu lulus/tidaknya seseorang. Ada pula yang mengatakan bahwa hal ini menambah beban stress siswa, "masa' sih penentu kelulusan seseorang hanya dilihat hasilnya hanya 3 hari?, bukankah proses itu penting?'.
     Namun, setelah masa kependidikan di Bapak Anies Baswedan saya merasa bangga. Mengapa? Sebab Ujian Nasional tahun ini berbeda daripada sebelumnya yaitu bukan lagi penentu kelulusan. Tentunya mendengar hal ini siswa bisa cukup "lega" atas penyelenggaraan UN tahun ini. Menurut saya, dengan terobosan ini mereka 
akan lebih tersadarkan bahwa UN akan mereka kerjakan semampu mereka dengan sportif, jujur, dan sesuai dengan kemampuan mereka. Namun, apa yang terjadi saat ini cukup membuat saya trenyuh, kecewa, dan sedih. Bahwasannya, ditemukan kebocoran soal Ujian Nasional 2014/2015 melalui upload website google. 
     Dengan adanya fakta ini membuat saya berpikir ulang. Apakah sebenarnya generasi muda saat ini masih belum bisa JUJUR? Banyak generasi muda di Indonesia yang cerdas, tapi hanya segelintir orang saja yang cerdas namun jujur. Saya menarik kesimpulan itu karena tahun-tahun lalu UN masih ada saja pelanggaran , bocoran, dan lainnya. Padahal, kita, generasi muda inilah yang akan memimpin Indonesia kedepannya. Saya menjadi semakin yakin, Indonesia masih banyak sekali terjadi pejabat pelanggaran korupsi karena benihnya saja
sudah tidak jujur, korupsi kan timbul karena tidak jujur?
     Mereka hanya menginginkan nilai yang baik, tetapi dengan cara yang tidak baik. Padahal dibalik itu lebih baik nilai jelek namun bersungguh-sungguh dan jujur daripada hasil baik semata namun tidak jujur.
    Ketika itu, dalam hati saya "Pendidikan di Indonesia masih belum sempurna, masih belum dapat merevolusi sikap mental generasi muda, dan menurut saya TIDAK ADIL". Tidak adil, ya tentu karena Ujian Nasional tahun ini juga merupakan penentu masuk/tidaknya seorang siswa ke SNMPTN Undangan. Kasihan bagi anak yang sudah belajar sungguh-sungguh di jauh hari, jujur dan belajar mati-matian akhirnya terkalahkan oleh anak yang belajar beberapa hari dari soal-soal yang akan keluar di Ujian nanti(bocoran). Sedangkan akhirnya, mereka yang telah bersungguh-sungguh belajar tidak mendapatkan jatah kursi penerimaan SNMPTN undangan, melankan jatah kursi itu diisi oleh mereka yang berlaku curang, dan lain-lain. 
    Namun, saya tetap teguh pendirian, bagi saya meskipun nantinya nilai ujian nasional saya jelek/tidak memuaskan tetapi saya telah mengerjakan dan melaksanakannya dengan sepenuh hati dan penuh kejujuran. Allah itu Maha Besar, Maha Melihat, Maha Mendengar, Maha Berilmu, dan Maha Segala-galanya. Semoga Allah akan memberikan hidayah dan kesuksesan bagi siapa yang berlaku jujur dan memberikan arahan kepada yang tidak benar...
"Kejujuran itu PENTING. Bermartabat itu PENTING. Tiadalah yang menandingi kedua kekuatan itu. Niscaya Allah, Tuhan Yang Agung menyertai orang-orang yang berbuat JUJUR, BERMARTABAT" 
 Berikut kata-kata yang saya kutip dari http://aniesbaswedan.com/berita/Menteri-Anies-Temukan-Kecurangan-UN-SMS-ke-1771 :
Lebih baik indeks integritas tinggi meski nilainya tidak terlalu bagus, daripada sebaliknya," kata Anies
 Yang jujur lebih untung. Bukan cuma etika dan kejujuran jadi integritas," kata Ahok.